Jumat, 18 Desember 2009

LEGENDA pojokan.....

ASAL USUL DUSUN WATU PASANG
KEDAMEAN-GRESIK


Konon pada zaman dahulu di sebelah timur desa kedamean terdapat hutan yang sangat luas. Entah beberapa tahun kemudian terjadi penebangan besar-besaran, yang dilakukan untuk membuat pemukiman bagi warga. Saat dilakukan pemotongan besar-besaran itu tiba-tiba penduduk menemukan dua batu besar yang bentuknya sama persis namun berlawanan arahnya, semua orang berusaha untuk menyingkirkan batu tersebut, namun tetap saja batu itu berdiri tegak tak tergoyahkan. Karena keanehan itulah warga pun akhirnya tak berani lagi mencoba menyingkirkan batu itu. Batu itu pun dijadikan tanda perbatasan antara desa kedamean dan jeramba.


Beberapa tahun telah berlalu kedua batu itu tetap tegap berdiri, para warga yang menyadari akan adanya kekuatan dalam batu itu pun akhirnya mulai bersugesti ke warga–warga lainya bahwa kedua batu itu adalah jelmaan dari dewa. Karena isu-isu yang berkembang itulah kemudian banyak orang yang mengunjungi kedua batu itu. Banyak sekali tujuan orang-orang itu datang ke batu itu, ada yang mau mencari nomer judian, ada yang meminta kenaikan jabatan , ada yang mau mencari harta,dan ada pula yang meminta jodoh. Sehingga batu yang awalnya dijadikan tanda perbatasan desa menjadi sirna fungsinya, dan malah berfungsi sebagai tempat pemujaan.


Semakin lama semakin banyak batu itu dikunjungi orang-orang, para tokoh-tokoh masyarakat pun mulai khawatir warganya menjadi musyrik dan menistakan tuhanya. Para tokoh masyarakat itu pun mulai bermusyawarah untuk menemukan bagaimana caranya membuat para warganya sada dan kembali ke jalan yang benar. Akhirnya musyawarah pun berakhir dan diputuskan untuk memisahkan kedua batu itu dan dijadikan jalan raya, agar warga sadar bahwa sebuah batu sebenarnya bukanlah dewa melainkan hanyalah batu biasa. Kegiatan pemisahan kedua batu itu pun dilakukan, namun seperti halnya seperti dulu batu itu tetap berdiri tegak dan tak tergoyahkan sedikit pun.


Para tokoh pun semakin bingung dan menyadari bahwa kedua batu itu tak bisa terpisahkan, dengan terjadinya kembali kegagalan penyingkiran para warga pun semakin menjadi dalam menyembah batu itu. Kejadian ini sangat memprihatinkan karena bila dibiarkan maka para warga akan menjadi musyrik. Keprihatinan ini terobati dengan datangnya seorang ulama yang menghadap para tokoh masyarakat. Dengan tenang dan santainya ulama itu berkata, “batu itu tercipta berpasangan jadi kamu haruslah menyingkirkannya secara berpasangan pula” setelah mendengar seruan sang ulama tersebut para tokoh pun kembali berunding, namun sekarang dirundingkan bersama para ulama, kyai, dan warga. Sehingga, setelah terjadi perundingan kembali akhirnya suatu keputusan pun di dapatkan bahwa batu tidak akan dipindahkan dari tempatnya, namun diaatas batu itu akan didirkan sebuah masjid, agar keyakinan orang berubah yang dulunya pergi untuk mencari batu, sekarang akan pergi mencari masjid.


Dengan penuh kerja keras para tokoh masyarakat, ulama, kyai, dan warga, akhirnya masjid itu pun bisa jadi. Masjid itu pun diberi nama thoriqul huda, dan sampai sekarang masjid ini masih berdiri tegak. Dan batu berpasangan itu masih tertanam di dalamnya. Dengan kejadian batu berpasangan itulah maka daerah di timur kedamean itu di beri nama “WATUPASANG” yang berarti batu berpasangan.




Narasumber: xxxxxx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya kalau berkomentar tuh harus membangun ok